Wednesday, July 18, 2012
Penikmat Film Vs. Kritikus Film
Kritik dan penonton film tidak jarang berbeda pendapat. Film-film sutradara Michael Bay (Armageddon, Bad Boys, Pearl Harbor, Transformers) laris dipasaran walaupun banyak kritikus menganggap filmnya hanyalah sampah yang mahal karena menampilkan video show spesial efek tanpa cerita yang dalam, sementara film-film Jason Reitman (Thank You For Smoking, Juno, Up in The Air, Young Adult) tidak pernah menikmati tingkat kesuksesan seperti film-film Michael Bay.
Film itu sebuah seni, dan penilaian sebuah seni memang sangat subjektif dan bergantung dari ekspektasi atau selera. Kebanyakan orang saat datang ke bioskop membeli tiket seharga 50.000 rupiah mengharapkan bisa menonton film yang memang mengoptimalkan fasilitas layar besar dan sound system hingar bingar, itu sebabnya film Michael Bay yang extravaganza lebih laris ketimbang film drama Jason Reitman.
Saya sendiri sebagai penikmat film sekaligus kritikus film pemula sudah mulai bisa menghargai dan menilai sebuah film dengan cukup benar. Dulu saya juga mengaggap sebuah film drama ala nominasi Oscar hanyalah film membosankan, namun seiring waktu, saya mulai berani menonton film-film berkualitas tersebut dan wawasan saya mulai terbuka dan mulai bisa menikmati film-film yang dianggap membosankan secara mainstream namun lebih unggul secara kualitas. Namun itu tidak menjadikan saya besar kepala dan merasa lebih ahli dari penikmat film mainstream. Saya pun jujur masih menonton film-film ala Michael Bay namun tidak dengan ekspektasi menikmati kualitas sebuah film, namun lebih ekspektasi menikmati kualitas sound dan visual di bioskop.
Intinya untuk menjadi seorang penikmat sekaligus kritiks film yang handal, kita tidak boleh menutup diri pada film-film jenis ataupun kelas apa pun. Pak Bondan Winarno bisa menjadi ahli dan penikmat kuliner karena dia pasti sudah menikmati segala jenis makanan baik enak ataupun tidak, makanya dia bisa lebih menghargainya.
Saran saya bagi penikmat film mainstream, cobalah sekali-sekali menonton film-film jenis yang lain, dan anda pun akan belajar mencintai, menghargai dan menilai sebuah film. Sementara bagi anda yang sudah merasa kritikus film, janganlah meninggalkan film-film mainstream dengan kualitas biasa atau buruk sekalipun agar anda tetap bisa menilai sebuah film dengan benar.
Labels:
Smarticle
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment